makalah tentang padi sawah


PADI SAWAH


Beras merupakan bahan makanan pokok bagi penduduk Indonesia. Oleh sebab itu, beras memegang peranan penting di dalam kehidupan ekonomi dan situasi beras secara tak langsung dapat mempengaruhi situasi bahan-bahan lainnya, antara lain berupa gejala bahwa kalau harga beras di pasaran meningkat maka harga barang-barang konsumsi lainnya cenderung ikut meningkat (Soemartono, 1980).
Di masyarakat pedesaan, sawah pada umumnya dianggap sebagai harta kekayaan yang tinggi nilainya. Apabila pada masyarakat kota orang yang dianggap kaya ialah orang yang memiliki banyak rumah, uang simpanan di bank, atau memiliki banyak saham perusahaan. Lain halnya dengan masyarakat desa, orang yang banyak sawahnya itulah yang dipandang sebagai orang kaya atau yang berharta (Soemartono, 1980).
Tanaman padi tergolong tanaman air. Sebagai tanaman air, budidaya tanaman padi sangat banyak membutuhkan air. Sejalan dengan kebutuhannya yang banyak sekali akan air sudahlah sewajarnya umat manusia yang membudidayakan tumbuhan padi itumelakukan usahanya pada musim dimana banyak jatuh air hujan. Di tanah air kita, musim dimana banyak jatuh air hujan disebut “musim penghujan” atau “musim basah” sebagai kebalikan dari musim dimana sedikit jatuh air hujan. Musim tersebut disebut “musim kemarau” atau “musim kering” (Siregar, 1981).
Musim penghujan jatuhnya tidaklah merata untuk seluruh kepulauan di tanah air kita. Selain daripada jatuhnya musim penghujan/musim basah yang tidak bersamaan di seluruh tanah air, juga jangka waktunya musim penghujan berlainan pula dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Ada daerah dimana jangka waktu musim hujannya berlangsung beberapa bulan, sementara pada daerah-daerah dimana jangka waktu musim penghujan/musim basahnya hanya berlangsung sangat singkat saja. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa bagian barat dari negara kita adalah lebih basah daripada bagian timur (Siregar, 1981).
Oleh karena keselamatan pertanaman padi sangat ditentukan oleh cukup tidaknya persediaan air, teranglah sudah bahwa setiap petani yang ingin membudidayakan tanaman padi akan segera memulai usahanya begitu musim penghujan telah tiba. Waktu yang tepat, dimana petani memulai usahanya itu, adalah sangat menentukan. Dan waktu yang paling tepat untuk memulai usahanya ialah pada awal musim penghujan, petani menjamin agar pertanamannya dari permulaan sampai akhir memperoleh air yang cukup (Siregar, 1981).
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa bagaimana cara membudidayakan padi, khususnya padi sawah dari pengolahan lahan, persemaian, penanaman, perawatan dari hama dan penyakit hingga memanen hasilnya.



Dalam membudidayakan padi di sawah, soal yang terpenting adalah bidang tanah yang ditanami itu harus dapat:
1.      Menahan air sehingga tanah itu dapat digenangi air.
2.      Mudah memperoleh dan melepaskan air.
Sehubungan dengan syarat pertama tersebut, maka berbeda dengan tanah ladang dan tegalan, bidang tanah sawah itu dikelilingi oleh pematang dan permukaan tanahnya datar.
Pematang atau galengan sawah yang amat sederhana itu memegang peranan penting di dalam persawahan. Sebab tanpa galengan pada tanah yang datar, padi tak dapat ditanam secara basah. Oleh sebab itu, galengan-galengan sawah harus dibuat kokoh dan dirawat dengan baik, sehingga air selalu dapat tertahan di petakan sawah. Lebih-lebih di pegunungan dimana sawah-sawah letaknya bertingkat-tingkat, galengan selama padi ditanam harus selalu dalam keadaan baik. Apabila pada suatu waktu hujan turun dengan lebat dan ada galengan yang bobol karena tak kuat menahan air, maka petakan yang di bawahnya akan rusak karena dilanda air yang turun dengan derasnya sebagai air terjun. Apabila petakan itu sudah ada tanamannya maka kerusakan itu sukar dapat diperbaiki lagi.
Galengan yang selalu bocor saja dapat menghambat pertumbuhan padi dan mengurangi hasilnya, karena tanaman acap kali kekurangan air.



PENTINGNYA PERSEMAIAN
Di negeri kita, padi sawah ditanam dengan memakai benih yang disemaikan lebih dahulu. Menanam padi dengan mempergunakan persemaian ternyata memang lebih banyak memberikan keuntungan daripada kerugian. Apabila benih disemaikan lebih dahulu, maka perawatan tanaman yang masih kecil yang banyak memakan waktu, ketelitian, dan kesabaran itu dapat dipusatkan di bidang tanah yang tidak begitu luas, yaitu di persemaian yang luasnya kira-kira 1/20 dari luas tanah yang akan ditanami, sehingga perawatan mudah untuk dilakukan.
Bandingkan dengan apabila benih langsung ditanam di sawah, maka pemeliharaan tanaman yang masih kecil itu dari saat benih ditaburkan sampai tanaman berumur 25 hari berlangsung pada bidang tanah yang luas sekali. Soal-soal seperti penjagaan jangan sampai benih hanyut oleh air hujan, atau habis dimakan oleh burung, menyiang rumput-rumputan yang biasanya pada tanah yang lembab cepat tumbuhnya, pemberantasan hama putih yang sering kali menyerang tanaman padi yang masih muda, akan banyak meminta tenaga dan pikiran si pertani.
Adapun keburukan menggunakan persemaian yaitu orang terpaksa harus membuat persemaian dan memungut hasil tanamannya agak lebih lambat. Tanaman padi yang benihnya disemaikan terlebih dahulu, umurnya menjadi 15-20 hari lebih panjang daripada yang langsung ditanam seperti yang dilakukan di Eropa, Amerika dan negara-negara lain.
Persemaian harus disiapkan sebaik-baiknya, agar diperoleh bibit yang baik sehingga pertumbuhan pertanaman di sawah-sawah pun akan baik.
1.    Syarat-syarat persemaian:
a.       Tanahnya harus subur.
b.      Tidak terlindung, sehingga bibit dapat memanfaatkan sinar matahari sebaik-baiknya.
c.       Dekat sumber pengairan.
d.      Mudah untuk diamati.
Luas persemaian yang diperlukan kira-kira 1/20 dari areal sawah yang akan ditanami. Penggarapan tanah untuk persemaian dimulai kira-kira sebulan sebelum tanam-pindah. Tanah dibajak, kemudian digaru sehingga melumpur dengan baik. Dalamnya pengolahan kurang lebih + 15-20cm. Lalu dibuatlah bedengan dengan ukuran:
Tinggi        : 20cm.
Lebar        : + 120cm.
Panjang     : 500-600cm, hendaknya jangan lebih.
Di antara bedengan-bedengan dibuat selokan selebar 30cm untuk memudahkan:
·        Penaburan benih.
·        Pemupukan.
·        Penyemprotan hama.
·        Pengairan.
·        Penyiangan.
·        Pencabutan bibit.

2.    Mempersiapkan Bibit
A.  Cara Memilih Bibit
Masukkan benih ke dalam air yang dicampur dengan abu dapur, campurannya boleh menurut perbandingan 1 bagian abu dan 10 atau 12 bagian air. Kemudian benih diaduk.
Benih yang melayang dan mengapung dalam air abu itu dipisahkan dan dibuang, sedangkan yang mengendap, itulah yang bermutu. Wujudnya benar-benar bernas dan bagus untuk disebarkan.
B.  Pemeriksaan Tenaga Tumbuh
Sebaiknya benih yang akan disemaikan, diperiksa dulu tenaga tumbuhnya, dengan cara mengambil contoh benih sebanyak 10m butir.
Benih itu diletakkan di atas pasir basah dalam piring tanah. Perlu dijaga agar jangan sampai kekeringan dan setelah 5-7 hari dihitung gabah-gabah yang berkecambah. Kalau diketahui ada 80%, itu menunjukkan bahwa benih itu cukup baik.
Jika masih merupakan bulir, hendaklah diirik, kemudian ditampi sebersih-bersihnya. Dan sebelum diuji bernas dan daya tumbuhnya, gabah tersebut perlu dijemur setengah hari. Maksudnya untuk mematikan telur-telur hama yang melekat pada kulit gabah.
3.    Perendaman Gabah
Tujuannya untuk memberikan keleluasaan pada gabah untuk menghisap air secukupnya. Gabah dimasukkan ke dalam karung goni, kemudian karung itu direndam semalam dalam air, sebaiknya di dalam air mengalir. Keesokan harinya karung itu diangkat lalu dibiarkan sebentar sampai airnya berhenti menetes.
4.    Pemeraman Gabah
Tujuannya adalah agar gabah-gabah mengecambah sebelum disemai. Keuntungannya bila tenggelam ke dalam lumpur, pembusukan dapat dihindarkan. Keuntungan lain dari perlakuan ini adalah akan diperolehnya bibit yang merata pertumbuhannya. Supaya biji lekas tumbuh perlu disiram-siram.
Sebagian gabah akan berkecambah sepanjang 1-2mm biasanya sesudah 2 malam. Kecambah yang demikian adalah yang paling baik untuk disemai, karena kecambah yang lebih panjang menyulitkan penaburan benih. Akarnya akan berkait-kaitan satu sama lain dan dapat putus.
5.    Penaburan Benih
Untuk keseragaman pertumbuhan bibit, taburkanlah benih merata di atas bedengan. Pada tiap-tiap meter persegi persemaian ditabur + 75gr gabah. Penaburan gabah yang terlalu rapat di persemaian akan mengakibatkan pertumbuhan bibit kurang baik. Gabah ditabur rata-rata mulai dari tepi hingga ke bagian-bagian yang kosong, sehingga gabah benar-benar merata di seluruh bedengan. Dengan papan gabah ditekan sehingga sedikit masuk ke dalam lumpur untuk menghindari serangan burung. Bila diperkirakan akan turun hujan lebat, maka untuk menghindari pukulan-pukulan air hujan dan hanyutnya gabah, persemaian diairi hingga terendam + 10cm.
Sebelum penaburan benih, bedengan dipupuk dengan 10gr Urea dan 10gr TS tiap m2.
6.    Pemeliharaan Persemaian
Setelah gabah ditabur, persemaian diairi secara rembesan. Caranya ialah dengan memasukkan air pengairan ke dalam selokan di antara bedengan. Dengan cara tersebut, benih mendapatkan cukup oksigen dari udara, sehingga pertumbuhan bibit lebih cepat.
Dengan makin tingginya bibit di persemaian, air dapat berangsur-angsur dinaikkan menjadi 1-5cm. Untuk mencegah tumbuhnya gulma, dilakukan penyiangan dengan tangan.
Terhadap kemungkinan serangan hama, persemaian disemprot dengan insektisida 2 kali yakni 10-12 hari setelah penaburan dan diulangi seminggu kemudian.
7.    Bibit di Persemaian
Bibit harus dicabut pada saat yang tepat. Apabila terlalu muda sudah dipindahkan, bibitnya masih lemah dan akan rusak waktu dicabut. Sedang yang terlalu tua akan terhenti pertumbuhannya untuk sementara, kurang anakan, serta lebih besar kemungkinan mendapat serangan hama-penyakit. Sebaiknya bibit dicabut pada saat sudah berdaun 5-6 helai (umur 21-23 hari).
Cara Penggarapan Tanah Meliputi:
·        Pembajakan.
·        Penggaruan.
·        Perataan.
Tergantung dari kebiasaan daerah setempat, keadaan tanah, dan pengairannya. Alat yang digunakan pun berbeda-beda, dari yang sederhana hingga yang rumit.
Walaupun terdapat perbedaan-perbedaan dalam cara penggarapan tanah, namun yang berikut ini dapat dipakai sebagai pedoman:
1.    Perbaikan Saluran dan Galengan
Sebelum penggarapan tanah dimulai, galengan harus diperbaiki, dibuat cukup tinggi agar dapat menahan air dengan baik. Sebab selama penggarapan tanah, air tidak boleh mengalir ke luar.
Saluran-saluran pengairan perlu diperbaiki dan dibersihkan dari rumput-rumput. Ini akan mencegah kehilangan air pengairan dan mengurangi terbawanya biji gulma ke dalam petakan-petakan sawah.
2.    Membajak
Airilah petakan sawah seminggu sebelum pembajakan untuk melunakkan tanah dan menghindari melekatnya tanah pada mata bajak. Terlebih dahulu dibuat alur di tepi dan di tengah petakan sawah agar air cepat membasahi seluruh petakan.
Dalam pembajakan sawah, lapisan olah akan terbalik dan hancur. Dalam pembajakan 15-25cm. Pengaruh dari pembajakan antara lain:
a.       Pemberantasan gulma, sebab dengan pembajakan tumbuhan dan bijinya akan terbenam.
b.      Pembenaman bahan organik, pupuk hijau akan terbenam dan bercampur dengan tanah.
Semua ini merupakan sumber unsur-unsur hara bila telah mengalami penghancuran dan terurai.
Setelah dibajak tanah segera harus digenangi, untuk mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman dan menghindari hilangnya nitrogen, juga melunakkan bongkahan tanah disebabkan pembajakan. Penggenangan dilakukan selama kira-kira seminggu.
3.    Menggaru
Sebelum dimulai, sebagian air di dalam petakan dibuang terlebih dahulu, ditinggalkan sedikit untuk membasahi bongkahan-bongkahan tanah. Dan selama penggaruan, saluran pemasukan dan pembuangan air harus ditutup untuk menjaga supaya sisa air jangan sampai habis keluar dari petakan.
Dengan cara menggaru tanah memanjang, dan melintang, bongkahan-bongkahan tanah dapat dihancurkan. Dengan penggaruan yang berulang-ulang:
a.       Peresapan air ke bawah dikurangi.
b.      Tanah menjadi rata.
c.       Penanaman bibit menjadi mudah.
d.      Rumput-rumput yang ada akan terbenam.
Setelah penggaruan pertama, sawah digenangi lagi selama 7-10 hari, lalu disusul dengan penggaruan berikutnya. Penggaruan terakhir dilakukan dengan maksud:
a.       Meratakan tanah sebelum tanam pindah.
b.      Membenamkan pupuk dasar guna menghindari denitri-fiksasi.
c.       Melumpuhkan dengan sempurna.
Penggarapan tanah mulai dari pembajakan pertama sampai penggarapan terakhir memerlukan waktu kira-kira 25 hari, atau sama dengan umur bibit di persemaian.
Keuntungan pindah tanam adalah pemilihan bibit dapat dilakukan dengan baik.
1.    Mencabut Bibit
Setelah berdaun 5-6 helai, kira-kira berumur 2r-23 hari (dari saat tabur benih) bibit dapat dipindahkan ke sawah.
Syarat-syarat yang baik adalah:
a.       Tinggi bibit lebih kurang 22-25cm.
b.      Mempunyai 5-6 helai daun.
c.       Batang di bagian bawah besar dan keras.
d.      Bebas dari hama dan penyakit.
e.       Bibit yang ditanam seragam.
Kira-kira 2 hari sebelum bibit dicabut, air dimasukkan ke dalam persemaian hingga tergenang. Dengan air yang cukup ini tanah menjadi lunak dan bibit dapat dicabut dengan mudah. Pada waktu akan mencabut bibit, hanya air di selokan antara petak-petak ditinggalkan.
Bibit dicabut dengan hati-hati, satu demi satu tanpa banyak merusak akar.
Pencabutan dilakukan dari pinggir ke tengah.
Bibit yang telah dicabut diikat dalam ikatan yang cukup besar, lalu dibawa ke sawah dan dibagi tiap petak.
Akar dan daun bibit sekali-kali jangan dipotong, karena akan memudahkan masuknya penyakit ke dalam tanaman. Bibit yang terserang hama dan penyakit serta yang pertumbuhannya terlambat jangan digunakan. Pada hari itu juga bibit harus ditanam, jangan sampai bermalam.
2.    Pola dan Jarak Tanam
Menanam bibit di sawah biasanya dilaksanakan dengan pola tanam tertentu. Penanaman padi perlu diatur supaya:
·        Tidak terjadi persaingan yang hebat untuk mendapatkan unsur-unsur makanan dan cahaya matahari.
·        Penyiangan mudah.
Beberapa jarak tanam yang lazim dipakai adalah:
·        Tanam bujur sangkar.
·        Tanam empat persegi panjang.
Jarak tanam yang dipakai tergantung pada varietas, kesuburan tanah, dan musim.
·        Varietas padi bersifat bertunas banyak menghendaki jarak tanam yang lebih besar dibandingkan dengan varietas padi yang bertunas sedikit.
·        Pada tanah yang subur dikehendaki jarak tanam yang agak lebar.
·        Pada musim kemarau dapat digunakan jarak tanam yang lebih rapat dibandingkan dengan pada musim hujan.
·        Di daerah pegunungan jarak rapat, karena tumbuh lambat dan anakan yang dibentuk sedikit.
Umumnya pada varietas unggul dapat digunakan jarak tanam 20x20cm pada musim kemarau dan 25x25cm pada musim hujan, dengan pola tanam bujur sangkar.
Dalam satu lubang dapat ditanam 1-2 batang bibit, dan ditanam sedalam + 3cm. Penanaman yang terlalu dalam menyebabkan pertumbuhan akar terlambat dan anakan kurang, sehingga produksi berkurang. Sedapat-dapatnya bibit ditanam tegak, jangan sampai miring.
3.    Penyulaman
Bila ada rumpun yang mati harus dilakukan penyulaman yang dilakukan 7-14 hari setelah pindah tanam, Penyulaman yang terlambat mengakibatkan terlambat masaknya tanaman sulaman. Untuk penyulaman ini harus selalu tersedia sejumlah bibit cadangan.
Air diperlukan untuk pengolahan tanah, tapi juga sangat penting artinya pengaturan air di pertanaman, yaitu pada masa-masa:
1.    Awal Pertumbuhan
Setelah bibit padi ditanam, petakan sawah diairi sedikit demi sedikit, sehingga air mencapai 7-10cm dari permukaan tanah.
2.    Pembentukan Anakan (Pertunasan)
Pada masa pertunasan ini tinggi air dipertahankan setinggi 3-5 cm. Pengairan yang lebih tinggi dari 5cm dapat menghambat pembentukan anakan (tunas). Masa ini disebut masa krisis pertama.
3.    Pembentukan Tunas Bulir (Primordia) Masa Bunting
Belahlah batang: pada buku batang teratas ada primordia bunga yang berbentuk bintik putih berbulu seperti kapas.
Air sangat dibutuhkan pada pembentukan calon-calon bulir ini. Karena itu, pada periode ini petakan sawah perlu diairi banyak, setinggi 10cm. Kekurangan air pada masa bunting akan mengganggu pembentukan malai, pembungaan, dan pembiahan, sehingga dapat mengakibatkan kehampaan.
Pembungaan
Pada masa ini kebutuhan air mencapai puncaknya dan dinamakan periode krisis ke-2. Sebab bila kekurangan air, akan terjadi kehampaan. Bila tanaman padi telah mengeluarkan bunga, untuk beberapa saat petakan perlu dikeringkan, supaya pembungaan bisa serempak. Setelah berbunga serempak diberi air secukupnya, supaya bisa mnghisap zat-zat makanan dan air sebanyak-banyaknya, yang sangat diperlukan dalam menyelesaikan periode pembungaan ini.
Meskipun ada masa-masa pertumbuhan dimana diperlukan air, ada pula masa-masa dimana tanaman padi perlu dikeringkan. Hal ini perlu untuk:
·        Memberi kesempatan kepada akar untuk bernapas dan berkembang sebaik-baiknya, sehingga menjamin pembentukan bulir bunga dan buah dengan baik.
·        Menaikkan temperatur tanah sehingga memberi kesempatan kepada jasad-jasad renik untuk merombak bahan organik dalam tanah.
·        Mencegah terjadinya busuk akar dan pengaruh H2S sebagai akibat penggenangan.
Hal ini sering terjadi, bila pembuangan air sawah tak baik. Masa-masa pengeringan antara lain:
a.       Sebelum buntung, untuk mencegah timbulnya tunas-tunas yang tidak mengeluarkan bulir.
b.      Pada periode pematangan buah, untuk menyerempakkan dan mempercepat pematangan buah.
Pupuk adalah bahan yang mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Untuk mendapatkan efisiensi dan efektivitas pemupukan setinggi-tingginya, dosis pemupukan yang tepat dan cara pemupukan yang baik adalah salah satu faktor yang menentukan.
Pupuk yang ditaburkan di sawah dapat tidak berarti sama sekali, artinya tidak dapat diserap oleh tanaman padi, melainkan hilang akibat proses denitrifikasi, hanyut dan sebagainya, apabila cara pemupukan tidak dilakukan sebaik-baiknya.
Unsur-unsur yang paling penting dan harus tersedia ialah: N, P, dan K.
1.    Pupuk P
Unsur P dinyatakan dalam kadar P2O5, yang perwujudannya dapat berbentuk: FMP (Fused Magnesium Phosphate: 19,2% P2O5), DS (Double Superphosphate: 36% P2O5), TS (Triple phosphate: 48% P2O5).
Dosis (jumlah) umum yang dipakai untuk tanaman padi adalah 36kg P2O5/ha yang senilai (sama) dengan 2 kwintal FMP/ha atau 1 kwintal DS/ha atau 75kg T.S./ha.
Pupuk P digunakan oleh tanaman untuk:
·        Pembentukan akar.
·        Mempercepat tumbuhnya tanaman.
·        Menstimulir pembungaan dan pembentukan buah.
·        Mempercepat panen.
Waktu pemupukan P tergantung pada macam pupuk P yang dipakai. Apabila FMP dipakai, diberikan 7-10 hari sebelum pindah tanam, karena FMP ini sulit larut. Biasanya diberikan pada saat menggaru terakhir.
Apabila memakai pupuk DS atau TS, diberikan 1-2 hari sebelum pindah tanam. Caranya disebarkan saja di atas permukaan sawah dan diinjak-injak supaya bercampur dengan lumpur. Keadaan air pada waktu memupuk P ini dalam keadaan macak-macak (tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering). Semua saluran pembuangan pada waktu memupuk harus ditutup 2-3 hari setelah memupuk, boleh diairi lagi.
2.    Pupuk N
Unsur N dinyatakan dalam kadar N yang perwujudannya dapat berbentuk ZA (AS: Ammonium Sulfate: 20% N) atau Urea: 45% N. Pada saat ini ZA sudah jarang dipakai untuk tanaman padi dan biasanya dipakai urea.
Pupuk N mempunyai fungsi:
·        Mempergiat pembentukan klorofil.
·        Memperbanyak anakan (tunas).
·        Mempercepat pertumbuhan.
·        Menambah lebar daun dan besarnya gabah.
·        Menambah kadar protein beras.
·        Memperbaiki kualitas gabah.
·        Memberi makanan kepada jasad-jasad renik yang ada di sawah, sehingga proses perombakan jerami dan daun-daunan lainnya lebih dipercepat.
Dosis (jumlah) yang dipakai tergantung kepada varietas padi, keadaan tanah dan lain-lain. Tetapi sebagai dosis umum yang dianjurkan adalah 2 kwintal urea/ha untuk varietas PB-5 dan PB-8. Waktu pemupukan N (ZA/urea) adalah sebagai berikut:
·        Untuk varietas-varietas unggul Syntha, Dewi Tara, dan lain-lain:
Ø      setengah jatah pupuk diberikan pada umur 3-4 minggu (bersamaan dengan menyiang ke-1).
Ø      setengah jatah pupuk diberikan pada umur 6-8 minggu (bersamaan dengan menyiang ke-2).
·        untuk varietas PB-5 dan PB-8, untuk daerah-daerah yang sampai 500m di atas permukaan laut:
Ø      2/3 jatah pada wakktu pindah tanam (umur 0 hari).
Ø      1/3 jatah pada umur 40 hari.
·        untuk daerah-daerah yang lebih tinggi dari 500m di atas permukaan laut:
Ø      1/3 jatah pada umur 0 hari.
Ø      1/3 jatah pada umur 30 hari.
Ø      1/3 jatah pada umur 60 hari.
Pemberian pupuk N perlu diberikan secara bertingkat tingkat (2-3 kali).
Pada pemberian pertama, unsur N dipakai untuk bekal pertumbuhan dan pembentukan tunas (anakan). Pada pemberian kedua dan ketiga, unsur N dipakai untuk pembentukan bunga dan buah. Dengan cara demikian pupuk N tidak banyak hilang karena tercuci atau menguap sebagai gas.
Cara pemakaian pupuk urea adalah dengan menyebarkannya di atas permukaan tanah dan diusahakan dimasukkan ke dalam tanah dengan cara diinjak-injak. Supaya efisien pupuk N harus benar-benar bercampur dengan lumpur.
3.    Pupuk K
Kegunaan pupuk K adalah:
·        Memperkuat batang tanaman (lebih tahan rebah) dan membuat tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit.
·        Menambah kelancaran pembentukan protein.
·        Membuat perkembangan akar.
·        Mempergiat pembentukan karbohidrat.
·        Membantu pembentukan gabah.
Unsur K dinyatakan dalam kadar K2O. Perwujudannya dalam bentuk ZK yang mempunyai kadar 50% K2O. Pupuk diberikan sebelum ditanam bersamaan dengan pupuk P. Dosis yang dipakai biasanya 50-100% K2O/ha atau 2 kwintal ZK/ha.
Banyaknya jam yang diperlukan untuk penanaman tiap ha tanah dengan padi bagi masing-masing daerah adalah berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan karena berbagai faktor, di antaranya yang terpenting ialah:
a.       Perbedaan jenis tanah, misalnya: pengolahan tanah liat lebih banyak memerlukan waktu dan tenaga daripada tanah berdebu yang masih muda.
b.      Sistem pergiliran tanaman, jenis tanaman yang ditanam sebelumnya.
c.       Keadaan air (pengairan).
d.      Kekuatan modal dari pengusaha tanah. Petani yang tidak mempunyai hewan penarik bajak, atau traktor akan lebih banyak mempergunakan tenaga manusia.
Untuk sekedar memberi gambaran tentang banyaknya jam yang diperlukan, di bawah ini diberikan hasil penyelidikan dari Jawatan Pertanian Rakyat di Malang:

Pada padi-sawah
(perhitungan untuk 1 ha)
JENIS PEKERJAAN
JAM YANG DIPERLUKAN
PRIA
WANITA
SAPI + PENGEMUDI
1.      Membuat persemaian, membajak, menyikat, dan mencangkul sudut petakan
7
-
11
2.      Mengairi
42
-
-
3.      Menabur benih
-
14
-
Jumlah
49
14
11
Sawah:



4.      Membajak I
-
-
55
5.      Membajak II
-
-
55
6.      Menyikat I
-
-
44
7.      Menyikat II
-
-
66
8.      Memperbaiki galengan
160
-
-
9.      Mencabut bibit, mengangkut dan membagi-bagi bibit
91
-
-
10.  Menanam
-
350
-
11.  Menyulam
-
70
-
12.  Menyiang
-
490
-
13.  Mengairi
210
-
-
14.  Memungut hasil
-
420
-
15.  Menjemur dan menggedeng
-
120
-
16.  Memlihara hasil
60
-
-
Jumlah:
570
1.464
231

1.      Penyiangan pertama dengan landak dilakukan pada umur 3-4 minggu (30 hari) setelah tanam, dan penyiangan kedua dilakukan pada umur 6-8 minggu (55 hari).
2.      Pengairan diatur seperti menanam padi biasa.
Untuk memberantas hama-hama biasa dipakai endrin sebanyak 2cc/liter air (satu sendok teh endrin dicampur dengan 1,5 botol bir air) dan disemprotkan tiap minggu sekali. Satu-satunya penyakit yang mudah menyerang padi jenis PB-5/PB-8 ialah "hama kresek". Daun-daun menjadi kering seperti terbakar. Untuk 1 ha tanaman padi dipakai 800 liter campuran.
Dapat puka dipakai Agrocide 26 DP, (mengandung bahan Gamma HBC). Untuk memberantas ulat tentara dan walang sangit dosis Agrocide adalah 50gr/100 liter air.
Untuk hama sundep dan beluk di samping yang dilakukan di persemaian, maka di sawah juga dilakukan sebagai berikut:
1.      Pada umur 15 hari setelah tanam sebanyak 2,5kg/ha yang disebarkan pada air irigasi dan air di petakan ditahan 3-4 hari.
2.      Pada umur 45 hari (6 minggu) setelah tanam, dengan dosis 8kg/ha yang disebarkan pada air irigasi dan air di petakan ditahan 3-4 hari lamanya.
3.      Pada umur 75 hari (10 minggu) setelah tanam, dengan dosis 12kg/ha dan disebarkan pada air irigasi, di antara tanaman padi. Sebaiknya air di petakan ditahan 3-4 hari lamanya.
Padi PB-5
Tinggi 100cm, daun bendera mendatar, tangkai bulir pendek. Umur 135 hari setelah sebar.
Padi PB-8
Tinggi 85cm, daun bendera tegaj, tangkai bulir tertutup oleh pelepaj daun sehingga menyulitkan panen dengan ani-ani. Umur 125 hari setelah sebar.
Gabah PB-5 dan PB-8 mudah rontok. Karena itu, diperlukan alat perontok gabah. Ada yang dijalankan dengan kaki, dan ada pula yang dijalankan dengan mesin. Selanjutnya gabah segera dibersihkan dan disimpan di tempat yang kering.
Karena tanaman pado PB-5 dan PB-8 pada umumnya batangnya lebih rendah daripad tanaman padi jenis lain, maka waktu panen sebaiknya digunakan sabit. Dipotong pada pangkal batangnya.



1.    Pedoman Bercocok Tanam PB-5/PB-8
(Nama asli dari PB-5 dan PB-8 ialah IR-5 dan IR-8, singkatan dari International Tice)
2.    Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah atau penggarapan tanah dilakukan sama seperti menggarap tanah untuk menanam padi biasa.
3.    Persemaian
a.    Ukuran persemaian
Lebar: 1,20m, panjang menyesuaikan tempatnya. Di antara persemaian-persemaian dibuat selokan; lebar 30cm dan dalam 20cm.
Untuk 1 ha tanaman diperlukan 500m2 persemaian. Diperlukan gabah 25kg/ha, disebarkan 50gr/m2.
Gabah untuk bibit sekurang-kurangnya berumur 6 minggu. Rendam terlebih dahulu dalam air yang mengalir, selama 24 jam. Yang terapung dibuang. Lalu disiram dengan air dicampur 5% aldrin/endrin. Untuk 1kg gabah diperlukan 5gr aldrin atau 2cc endrin.
b.    Pupuk
Persemaian perlu dipupuk. Sebelum menyebar pupuk dengan pupuk P. Bila yang dipakai FMP: 20gr/m2.
Bila TS: 7,5gr/m2 atau bila DS: 10gr/m2.
Setelah berumur 10 hari dipupuk dengan urea: 10gr/m2 yang disebar di atas persemaian.
c.    Penyemprotan
Persemaian perlu disemprot dengan endrin: 2cc/liter air (satu sendok teh endrin, 1,5 botol bir air). Disemprotkan setiap minggu sekali. Untuk persemaian yang luasnya 500m2 diperlukan 20 liter campuran endrin+air.
d.    Pemindahan Bibit
Usahakan mencabut bibit agar terbawa dengan tanahnya. Tanah yang melekat pada akarnya jangan dibersihkan. Bibit dipindahkan ke sawah pada umur 20-25 hari dan ujungnya tidak boleh dipotong.
4.    Pertanaman
Ditanam dengan tandur jajar, dengan jarak tanam: 25x25cm, dengan 2 bibit rumpun. Pada umur 10 hari bibit yang mati diganti dengan bibit yang disediakan untuk sulaman. Jarak tanam tersebut bila tanahnya subur bisa diubah menjadi 30x30cm.
5.    Pemberian Pupuk
Pupuk yang biasa dipakai ialah pupuk N (urea), pupuk P (FMP, DS, atau TS) dan pupuk K (ZK).
a.       Pupuk P: Dosis (jumlah) tergantung pada pupuk P yang dipakai. Bila memakai FMP: 2 kwintal/ha; bila DS 1 kwintal/ha; bila TS: 0,75 kwintal/ha.
Pemupukan dilakukan sebelum tanam. Disebar dan diaduk dengan lumpur. Bila memakai FMP diberikan 7-19 hari sebelum tanam, karena pupuk ini sulit hancur. Bila memakai DS atau TS diberikan 1-2 hari sebelum tanam. Biasanya pupuk P diberikan bersamaan dengan waktu menggaru terakhir atau waktu meratakan.
b.      Pupuk N: Dosis (jumlah) 2 kwintal urea/ha. Diberikan 2 kali:
1)      yang pertama diberikan saat tanam, banyaknya 2/3 bagian jumlah pupuk urea seluruhnya. Jadi bila akan menanam jam 7 pagi, pupuk urea yang 2/3 bagian itu disebarkan jam 6 pagi.
2)      yang kedua diberikan pada umur 40 hari setelah tanam, sebanyak 1/3 bagian dari jumlah pupuk urea seluruhnya.
c.       Pupuk K: Dosis (jumlah) 1 kwintal ZK/ha. Diberikan bersama-sama dengan pupuk DS atau TS yaitu 1-2 hari sebelum tanam.
Dalam makalah ini saran yang dapat diberikan adalah: Pada waktu memupuk semua saluran dan pembuangan air harus ditutup. Air dalam petakan sawah pada waktu memupuk di dalam keadaan "macak". Setelah memupuk 2-3 hari kemudian baru boleh diairi. Sebaiknya pada saat pemanenan padi digunakan sabit agar mendapatkan pangkal batang dalam kondisi baik.




Jumar, 2000. Entomologi Pertanian. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Jumin, H.B., 2010. Dasar-dasar Agronomi. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.

Siregar, Hadrian. 1981. Budidaya Tanaman Padi Di Indonesia. Penerbit Sastra Hudaya. Bogor.

Sumartono, Bahrin Samad, dan R. Hardjono, 1980. Bercocok Tanam Padi. Penerbit  CV. Yasaguna. Jakarta.

Sutidjo, D., 1986. Pengantar Sistem Produksi Tanaman Agronomi. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Komentar

Postingan populer dari blog ini