makalah tentang padi sawah
PADI SAWAH
Beras merupakan
bahan makanan pokok bagi penduduk Indonesia. Oleh sebab itu, beras memegang
peranan penting di dalam kehidupan ekonomi dan situasi beras secara tak
langsung dapat mempengaruhi situasi bahan-bahan lainnya, antara lain berupa
gejala bahwa kalau harga beras di pasaran meningkat maka harga barang-barang
konsumsi lainnya cenderung ikut meningkat (Soemartono, 1980).
Di
masyarakat pedesaan, sawah pada umumnya dianggap sebagai harta kekayaan yang
tinggi nilainya. Apabila pada masyarakat kota orang yang dianggap kaya ialah
orang yang memiliki banyak rumah, uang simpanan di bank, atau memiliki banyak
saham perusahaan. Lain halnya dengan masyarakat desa, orang yang banyak
sawahnya itulah yang dipandang sebagai orang kaya atau yang berharta
(Soemartono, 1980).
Tanaman padi
tergolong tanaman air. Sebagai tanaman air, budidaya tanaman padi sangat banyak
membutuhkan air. Sejalan dengan kebutuhannya yang banyak sekali akan air
sudahlah sewajarnya umat manusia yang membudidayakan tumbuhan padi itumelakukan
usahanya pada musim dimana banyak jatuh air hujan. Di tanah air kita, musim
dimana banyak jatuh air hujan disebut “musim penghujan” atau “musim basah”
sebagai kebalikan dari musim dimana sedikit jatuh air hujan. Musim tersebut
disebut “musim kemarau” atau “musim kering” (Siregar, 1981).
Musim
penghujan jatuhnya tidaklah merata untuk seluruh kepulauan di tanah air kita.
Selain daripada jatuhnya musim penghujan/musim basah yang tidak bersamaan di
seluruh tanah air, juga jangka waktunya musim penghujan berlainan pula dari
daerah yang satu ke daerah yang lain. Ada daerah dimana jangka waktu musim
hujannya berlangsung beberapa bulan, sementara pada daerah-daerah dimana jangka
waktu musim penghujan/musim basahnya hanya berlangsung sangat singkat saja.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa bagian barat dari negara kita adalah
lebih basah daripada bagian timur (Siregar, 1981).
Oleh karena
keselamatan pertanaman padi sangat ditentukan oleh cukup tidaknya persediaan
air, teranglah sudah bahwa setiap petani yang ingin membudidayakan tanaman padi
akan segera memulai usahanya begitu musim penghujan telah tiba. Waktu yang
tepat, dimana petani memulai usahanya itu, adalah sangat menentukan. Dan waktu
yang paling tepat untuk memulai usahanya ialah pada awal musim penghujan, petani
menjamin agar pertanamannya dari permulaan sampai akhir memperoleh air yang
cukup (Siregar, 1981).
1. 2.
Tujuan Makalah
Makalah ini
bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa bagaimana cara
membudidayakan padi, khususnya padi sawah dari pengolahan lahan, persemaian,
penanaman, perawatan dari hama dan penyakit hingga memanen hasilnya.
Dalam
membudidayakan padi di sawah, soal yang terpenting adalah bidang tanah yang
ditanami itu harus dapat:
1. Menahan air sehingga tanah itu dapat digenangi air.
2. Mudah memperoleh dan melepaskan air.
Sehubungan
dengan syarat pertama tersebut, maka berbeda dengan tanah ladang dan tegalan,
bidang tanah sawah itu dikelilingi oleh pematang dan permukaan tanahnya datar.
Pematang
atau galengan sawah yang amat sederhana itu memegang peranan penting di dalam
persawahan. Sebab tanpa galengan pada tanah yang datar, padi tak dapat ditanam
secara basah. Oleh sebab itu, galengan-galengan sawah harus dibuat kokoh dan
dirawat dengan baik, sehingga air selalu dapat tertahan di petakan sawah.
Lebih-lebih di pegunungan dimana sawah-sawah letaknya bertingkat-tingkat,
galengan selama padi ditanam harus selalu dalam keadaan baik. Apabila pada
suatu waktu hujan turun dengan lebat dan ada galengan yang bobol karena tak
kuat menahan air, maka petakan yang di bawahnya akan rusak karena dilanda air
yang turun dengan derasnya sebagai air terjun. Apabila petakan itu sudah ada
tanamannya maka kerusakan itu sukar dapat diperbaiki lagi.
Galengan
yang selalu bocor saja dapat menghambat pertumbuhan padi dan mengurangi
hasilnya, karena tanaman acap kali kekurangan air.
PENTINGNYA
PERSEMAIAN
Di negeri
kita, padi sawah ditanam dengan memakai benih yang disemaikan lebih dahulu.
Menanam padi dengan mempergunakan persemaian ternyata memang lebih banyak
memberikan keuntungan daripada kerugian. Apabila benih disemaikan lebih dahulu,
maka perawatan tanaman yang masih kecil yang banyak memakan waktu, ketelitian,
dan kesabaran itu dapat dipusatkan di bidang tanah yang tidak begitu luas,
yaitu di persemaian yang luasnya kira-kira 1/20 dari luas tanah yang akan
ditanami, sehingga perawatan mudah untuk dilakukan.
Bandingkan
dengan apabila benih langsung ditanam di sawah, maka pemeliharaan tanaman yang
masih kecil itu dari saat benih ditaburkan sampai tanaman berumur 25 hari
berlangsung pada bidang tanah yang luas sekali. Soal-soal seperti penjagaan
jangan sampai benih hanyut oleh air hujan, atau habis dimakan oleh burung, menyiang
rumput-rumputan yang biasanya pada tanah yang lembab cepat tumbuhnya,
pemberantasan hama putih yang sering kali menyerang tanaman padi yang masih
muda, akan banyak meminta tenaga dan pikiran si pertani.
Adapun
keburukan menggunakan persemaian yaitu orang terpaksa harus membuat persemaian
dan memungut hasil tanamannya agak lebih lambat. Tanaman padi yang benihnya
disemaikan terlebih dahulu, umurnya menjadi 15-20 hari lebih panjang daripada
yang langsung ditanam seperti yang dilakukan di Eropa, Amerika dan
negara-negara lain.
Persemaian
harus disiapkan sebaik-baiknya, agar diperoleh bibit yang baik sehingga
pertumbuhan pertanaman di sawah-sawah pun akan baik.
1. Syarat-syarat persemaian:
a. Tanahnya harus subur.
b. Tidak terlindung, sehingga bibit dapat memanfaatkan
sinar matahari sebaik-baiknya.
c. Dekat sumber pengairan.
d. Mudah untuk diamati.
Luas
persemaian yang diperlukan kira-kira 1/20 dari areal sawah yang akan ditanami.
Penggarapan tanah untuk persemaian dimulai kira-kira sebulan sebelum
tanam-pindah. Tanah dibajak, kemudian digaru sehingga melumpur dengan baik.
Dalamnya pengolahan kurang lebih + 15-20cm. Lalu dibuatlah bedengan
dengan ukuran:
Tinggi
: 20cm.
Lebar
: + 120cm.
Panjang
: 500-600cm, hendaknya jangan lebih.
Di antara
bedengan-bedengan dibuat selokan selebar 30cm untuk memudahkan:
· Penaburan benih.
· Pemupukan.
· Penyemprotan hama.
· Pengairan.
· Penyiangan.
· Pencabutan bibit.
2. Mempersiapkan Bibit
A. Cara Memilih Bibit
Masukkan
benih ke dalam air yang dicampur dengan abu dapur, campurannya boleh menurut
perbandingan 1 bagian abu dan 10 atau 12 bagian air. Kemudian benih diaduk.
Benih yang
melayang dan mengapung dalam air abu itu dipisahkan dan dibuang, sedangkan yang
mengendap, itulah yang bermutu. Wujudnya benar-benar bernas dan bagus untuk
disebarkan.
B. Pemeriksaan Tenaga Tumbuh
Sebaiknya
benih yang akan disemaikan, diperiksa dulu tenaga tumbuhnya, dengan cara
mengambil contoh benih sebanyak 10m butir.
Benih itu
diletakkan di atas pasir basah dalam piring tanah. Perlu dijaga agar jangan
sampai kekeringan dan setelah 5-7 hari dihitung gabah-gabah yang berkecambah.
Kalau diketahui ada 80%, itu menunjukkan bahwa benih itu cukup baik.
Jika masih
merupakan bulir, hendaklah diirik, kemudian ditampi sebersih-bersihnya. Dan
sebelum diuji bernas dan daya tumbuhnya, gabah tersebut perlu dijemur setengah
hari. Maksudnya untuk mematikan telur-telur hama yang melekat pada kulit gabah.
3. Perendaman Gabah
Tujuannya
untuk memberikan keleluasaan pada gabah untuk menghisap air secukupnya. Gabah
dimasukkan ke dalam karung goni, kemudian karung itu direndam semalam dalam
air, sebaiknya di dalam air mengalir. Keesokan harinya karung itu diangkat lalu
dibiarkan sebentar sampai airnya berhenti menetes.
4. Pemeraman Gabah
Tujuannya
adalah agar gabah-gabah mengecambah sebelum disemai. Keuntungannya bila
tenggelam ke dalam lumpur, pembusukan dapat dihindarkan. Keuntungan lain dari
perlakuan ini adalah akan diperolehnya bibit yang merata pertumbuhannya. Supaya
biji lekas tumbuh perlu disiram-siram.
Sebagian
gabah akan berkecambah sepanjang 1-2mm biasanya sesudah 2 malam. Kecambah yang
demikian adalah yang paling baik untuk disemai, karena kecambah yang lebih
panjang menyulitkan penaburan benih. Akarnya akan berkait-kaitan satu sama lain
dan dapat putus.
5. Penaburan Benih
Untuk
keseragaman pertumbuhan bibit, taburkanlah benih merata di atas bedengan. Pada
tiap-tiap meter persegi persemaian ditabur + 75gr gabah. Penaburan gabah
yang terlalu rapat di persemaian akan mengakibatkan pertumbuhan bibit kurang
baik. Gabah ditabur rata-rata mulai dari tepi hingga ke bagian-bagian yang
kosong, sehingga gabah benar-benar merata di seluruh bedengan. Dengan papan
gabah ditekan sehingga sedikit masuk ke dalam lumpur untuk menghindari serangan
burung. Bila diperkirakan akan turun hujan lebat, maka untuk menghindari pukulan-pukulan
air hujan dan hanyutnya gabah, persemaian diairi hingga terendam + 10cm.
Sebelum
penaburan benih, bedengan dipupuk dengan 10gr Urea dan 10gr TS tiap m2.
6. Pemeliharaan Persemaian
Setelah
gabah ditabur, persemaian diairi secara rembesan. Caranya ialah dengan
memasukkan air pengairan ke dalam selokan di antara bedengan. Dengan cara
tersebut, benih mendapatkan cukup oksigen dari udara, sehingga pertumbuhan
bibit lebih cepat.
Dengan makin
tingginya bibit di persemaian, air dapat berangsur-angsur dinaikkan menjadi
1-5cm. Untuk mencegah tumbuhnya gulma, dilakukan penyiangan dengan tangan.
Terhadap
kemungkinan serangan hama, persemaian disemprot dengan insektisida 2 kali yakni
10-12 hari setelah penaburan dan diulangi seminggu kemudian.
7. Bibit di Persemaian
Bibit harus
dicabut pada saat yang tepat. Apabila terlalu muda sudah dipindahkan, bibitnya
masih lemah dan akan rusak waktu dicabut. Sedang yang terlalu tua akan terhenti
pertumbuhannya untuk sementara, kurang anakan, serta lebih besar kemungkinan
mendapat serangan hama-penyakit. Sebaiknya bibit dicabut pada saat sudah
berdaun 5-6 helai (umur 21-23 hari).
Cara
Penggarapan Tanah Meliputi:
· Pembajakan.
· Penggaruan.
· Perataan.
Tergantung
dari kebiasaan daerah setempat, keadaan tanah, dan pengairannya. Alat yang
digunakan pun berbeda-beda, dari yang sederhana hingga yang rumit.
Walaupun
terdapat perbedaan-perbedaan dalam cara penggarapan tanah, namun yang berikut
ini dapat dipakai sebagai pedoman:
1. Perbaikan Saluran dan Galengan
Sebelum
penggarapan tanah dimulai, galengan harus diperbaiki, dibuat cukup tinggi agar
dapat menahan air dengan baik. Sebab selama penggarapan tanah, air tidak boleh
mengalir ke luar.
Saluran-saluran
pengairan perlu diperbaiki dan dibersihkan dari rumput-rumput. Ini akan
mencegah kehilangan air pengairan dan mengurangi terbawanya biji gulma ke dalam
petakan-petakan sawah.
2. Membajak
Airilah
petakan sawah seminggu sebelum pembajakan untuk melunakkan tanah dan
menghindari melekatnya tanah pada mata bajak. Terlebih dahulu dibuat alur di
tepi dan di tengah petakan sawah agar air cepat membasahi seluruh petakan.
Dalam pembajakan
sawah, lapisan olah akan terbalik dan hancur. Dalam pembajakan 15-25cm.
Pengaruh dari pembajakan antara lain:
a. Pemberantasan gulma, sebab dengan pembajakan tumbuhan
dan bijinya akan terbenam.
b. Pembenaman bahan organik, pupuk hijau akan terbenam
dan bercampur dengan tanah.
Semua ini
merupakan sumber unsur-unsur hara bila telah mengalami penghancuran dan
terurai.
Setelah
dibajak tanah segera harus digenangi, untuk mempercepat pembusukan sisa-sisa
tanaman dan menghindari hilangnya nitrogen, juga melunakkan bongkahan tanah
disebabkan pembajakan. Penggenangan dilakukan selama kira-kira seminggu.
3. Menggaru
Sebelum
dimulai, sebagian air di dalam petakan dibuang terlebih dahulu, ditinggalkan
sedikit untuk membasahi bongkahan-bongkahan tanah. Dan selama penggaruan,
saluran pemasukan dan pembuangan air harus ditutup untuk menjaga supaya sisa
air jangan sampai habis keluar dari petakan.
Dengan cara
menggaru tanah memanjang, dan melintang, bongkahan-bongkahan tanah dapat
dihancurkan. Dengan penggaruan yang berulang-ulang:
a. Peresapan air ke bawah dikurangi.
b. Tanah menjadi rata.
c. Penanaman bibit menjadi mudah.
d. Rumput-rumput yang ada akan terbenam.
Setelah
penggaruan pertama, sawah digenangi lagi selama 7-10 hari, lalu disusul dengan
penggaruan berikutnya. Penggaruan terakhir dilakukan dengan maksud:
a. Meratakan tanah sebelum tanam pindah.
b. Membenamkan pupuk dasar guna menghindari
denitri-fiksasi.
c. Melumpuhkan dengan sempurna.
Penggarapan
tanah mulai dari pembajakan pertama sampai penggarapan terakhir memerlukan
waktu kira-kira 25 hari, atau sama dengan umur bibit di persemaian.
Keuntungan pindah
tanam adalah pemilihan bibit dapat dilakukan dengan baik.
1. Mencabut Bibit
Setelah
berdaun 5-6 helai, kira-kira berumur 2r-23 hari (dari saat tabur benih) bibit
dapat dipindahkan ke sawah.
Syarat-syarat
yang baik adalah:
a. Tinggi bibit lebih kurang 22-25cm.
b. Mempunyai 5-6 helai daun.
c. Batang di bagian bawah besar dan keras.
d. Bebas dari hama dan penyakit.
e. Bibit yang ditanam seragam.
Kira-kira 2
hari sebelum bibit dicabut, air dimasukkan ke dalam persemaian hingga
tergenang. Dengan air yang cukup ini tanah menjadi lunak dan bibit dapat
dicabut dengan mudah. Pada waktu akan mencabut bibit, hanya air di selokan
antara petak-petak ditinggalkan.
Bibit
dicabut dengan hati-hati, satu demi satu tanpa banyak merusak akar.
Pencabutan
dilakukan dari pinggir ke tengah.
Bibit yang
telah dicabut diikat dalam ikatan yang cukup besar, lalu dibawa ke sawah dan
dibagi tiap petak.
Akar dan
daun bibit sekali-kali jangan dipotong, karena akan memudahkan masuknya
penyakit ke dalam tanaman. Bibit yang terserang hama dan penyakit serta yang
pertumbuhannya terlambat jangan digunakan. Pada hari itu juga bibit harus
ditanam, jangan sampai bermalam.
2. Pola dan Jarak Tanam
Menanam
bibit di sawah biasanya dilaksanakan dengan pola tanam tertentu. Penanaman padi
perlu diatur supaya:
· Tidak terjadi persaingan yang hebat
untuk mendapatkan unsur-unsur makanan dan cahaya matahari.
· Penyiangan mudah.
Beberapa
jarak tanam yang lazim dipakai adalah:
· Tanam bujur sangkar.
· Tanam empat persegi panjang.
Jarak tanam
yang dipakai tergantung pada varietas, kesuburan tanah, dan musim.
· Varietas padi bersifat bertunas
banyak menghendaki jarak tanam yang lebih besar dibandingkan dengan varietas
padi yang bertunas sedikit.
· Pada tanah yang subur dikehendaki
jarak tanam yang agak lebar.
· Pada musim kemarau dapat digunakan
jarak tanam yang lebih rapat dibandingkan dengan pada musim hujan.
· Di daerah pegunungan jarak rapat,
karena tumbuh lambat dan anakan yang dibentuk sedikit.
Umumnya pada
varietas unggul dapat digunakan jarak tanam 20x20cm pada musim kemarau dan
25x25cm pada musim hujan, dengan pola tanam bujur sangkar.
Dalam satu
lubang dapat ditanam 1-2 batang bibit, dan ditanam sedalam + 3cm. Penanaman
yang terlalu dalam menyebabkan pertumbuhan akar terlambat dan anakan kurang,
sehingga produksi berkurang. Sedapat-dapatnya bibit ditanam tegak, jangan
sampai miring.
3. Penyulaman
Bila ada
rumpun yang mati harus dilakukan penyulaman yang dilakukan 7-14 hari setelah
pindah tanam, Penyulaman yang terlambat mengakibatkan terlambat masaknya
tanaman sulaman. Untuk penyulaman ini harus selalu tersedia sejumlah bibit
cadangan.
Air
diperlukan untuk pengolahan tanah, tapi juga sangat penting artinya pengaturan
air di pertanaman, yaitu pada masa-masa:
1. Awal Pertumbuhan
Setelah
bibit padi ditanam, petakan sawah diairi sedikit demi sedikit, sehingga air
mencapai 7-10cm dari permukaan tanah.
2. Pembentukan Anakan (Pertunasan)
Pada masa
pertunasan ini tinggi air dipertahankan setinggi 3-5 cm. Pengairan yang lebih
tinggi dari 5cm dapat menghambat pembentukan anakan (tunas). Masa ini disebut
masa krisis pertama.
3. Pembentukan Tunas Bulir (Primordia)
Masa Bunting
Belahlah
batang: pada buku batang teratas ada primordia bunga yang berbentuk bintik
putih berbulu seperti kapas.
Air sangat
dibutuhkan pada pembentukan calon-calon bulir ini. Karena itu, pada periode ini
petakan sawah perlu diairi banyak, setinggi 10cm. Kekurangan air pada masa
bunting akan mengganggu pembentukan malai, pembungaan, dan pembiahan, sehingga
dapat mengakibatkan kehampaan.
Pembungaan
Pada masa
ini kebutuhan air mencapai puncaknya dan dinamakan periode krisis ke-2. Sebab
bila kekurangan air, akan terjadi kehampaan. Bila tanaman padi telah
mengeluarkan bunga, untuk beberapa saat petakan perlu dikeringkan, supaya
pembungaan bisa serempak. Setelah berbunga serempak diberi air secukupnya,
supaya bisa mnghisap zat-zat makanan dan air sebanyak-banyaknya, yang sangat
diperlukan dalam menyelesaikan periode pembungaan ini.
Meskipun ada
masa-masa pertumbuhan dimana diperlukan air, ada pula masa-masa dimana tanaman
padi perlu dikeringkan. Hal ini perlu untuk:
· Memberi kesempatan kepada akar untuk
bernapas dan berkembang sebaik-baiknya, sehingga menjamin pembentukan bulir
bunga dan buah dengan baik.
· Menaikkan temperatur tanah sehingga
memberi kesempatan kepada jasad-jasad renik untuk merombak bahan organik dalam
tanah.
· Mencegah terjadinya busuk akar dan
pengaruh H2S sebagai akibat penggenangan.
Hal ini
sering terjadi, bila pembuangan air sawah tak baik. Masa-masa pengeringan
antara lain:
a. Sebelum buntung, untuk mencegah timbulnya tunas-tunas
yang tidak mengeluarkan bulir.
b. Pada periode pematangan buah, untuk menyerempakkan dan
mempercepat pematangan buah.
Pupuk adalah
bahan yang mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Untuk
mendapatkan efisiensi dan efektivitas pemupukan setinggi-tingginya, dosis
pemupukan yang tepat dan cara pemupukan yang baik adalah salah satu faktor yang
menentukan.
Pupuk yang
ditaburkan di sawah dapat tidak berarti sama sekali, artinya tidak dapat
diserap oleh tanaman padi, melainkan hilang akibat proses denitrifikasi, hanyut
dan sebagainya, apabila cara pemupukan tidak dilakukan sebaik-baiknya.
Unsur-unsur
yang paling penting dan harus tersedia ialah: N, P, dan K.
1. Pupuk P
Unsur P
dinyatakan dalam kadar P2O5, yang perwujudannya dapat
berbentuk: FMP (Fused Magnesium Phosphate: 19,2% P2O5),
DS (Double Superphosphate: 36% P2O5), TS (Triple
phosphate: 48% P2O5).
Dosis
(jumlah) umum yang dipakai untuk tanaman padi adalah 36kg P2O5/ha
yang senilai (sama) dengan 2 kwintal FMP/ha atau 1 kwintal DS/ha atau 75kg
T.S./ha.
Pupuk P
digunakan oleh tanaman untuk:
· Pembentukan akar.
· Mempercepat tumbuhnya tanaman.
· Menstimulir pembungaan dan
pembentukan buah.
· Mempercepat panen.
Waktu
pemupukan P tergantung pada macam pupuk P yang dipakai. Apabila FMP dipakai,
diberikan 7-10 hari sebelum pindah tanam, karena FMP ini sulit larut. Biasanya
diberikan pada saat menggaru terakhir.
Apabila
memakai pupuk DS atau TS, diberikan 1-2 hari sebelum pindah tanam. Caranya
disebarkan saja di atas permukaan sawah dan diinjak-injak supaya bercampur
dengan lumpur. Keadaan air pada waktu memupuk P ini dalam keadaan macak-macak
(tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering). Semua saluran pembuangan pada
waktu memupuk harus ditutup 2-3 hari setelah memupuk, boleh diairi lagi.
2. Pupuk N
Unsur N
dinyatakan dalam kadar N yang perwujudannya dapat berbentuk ZA (AS: Ammonium
Sulfate: 20% N) atau Urea: 45% N. Pada saat ini ZA sudah jarang dipakai untuk
tanaman padi dan biasanya dipakai urea.
Pupuk N
mempunyai fungsi:
· Mempergiat pembentukan klorofil.
· Memperbanyak anakan (tunas).
· Mempercepat pertumbuhan.
· Menambah lebar daun dan besarnya
gabah.
· Menambah kadar protein beras.
· Memperbaiki kualitas gabah.
· Memberi makanan kepada jasad-jasad
renik yang ada di sawah, sehingga proses perombakan jerami dan daun-daunan
lainnya lebih dipercepat.
Dosis
(jumlah) yang dipakai tergantung kepada varietas padi, keadaan tanah dan
lain-lain. Tetapi sebagai dosis umum yang dianjurkan adalah 2 kwintal urea/ha
untuk varietas PB-5 dan PB-8. Waktu pemupukan N (ZA/urea) adalah sebagai
berikut:
· Untuk varietas-varietas unggul
Syntha, Dewi Tara, dan lain-lain:
Ø setengah jatah pupuk diberikan pada
umur 3-4 minggu (bersamaan dengan menyiang ke-1).
Ø setengah jatah pupuk diberikan pada
umur 6-8 minggu (bersamaan dengan menyiang ke-2).
· untuk varietas PB-5 dan PB-8, untuk
daerah-daerah yang sampai 500m di atas permukaan laut:
Ø 2/3 jatah pada wakktu pindah tanam
(umur 0 hari).
Ø 1/3 jatah pada umur 40 hari.
· untuk daerah-daerah yang lebih
tinggi dari 500m di atas permukaan laut:
Ø 1/3 jatah pada umur 0 hari.
Ø 1/3 jatah pada umur 30 hari.
Ø 1/3 jatah pada umur 60 hari.
Pemberian
pupuk N perlu diberikan secara bertingkat tingkat (2-3 kali).
Pada
pemberian pertama, unsur N dipakai untuk bekal pertumbuhan dan pembentukan
tunas (anakan). Pada pemberian kedua dan ketiga, unsur N dipakai untuk
pembentukan bunga dan buah. Dengan cara demikian pupuk N tidak banyak hilang
karena tercuci atau menguap sebagai gas.
Cara
pemakaian pupuk urea adalah dengan menyebarkannya di atas permukaan tanah dan
diusahakan dimasukkan ke dalam tanah dengan cara diinjak-injak. Supaya efisien
pupuk N harus benar-benar bercampur dengan lumpur.
3. Pupuk K
Kegunaan
pupuk K adalah:
· Memperkuat batang tanaman (lebih
tahan rebah) dan membuat tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit.
· Menambah kelancaran pembentukan
protein.
· Membuat perkembangan akar.
· Mempergiat pembentukan karbohidrat.
· Membantu pembentukan gabah.
Unsur K
dinyatakan dalam kadar K2O. Perwujudannya dalam bentuk ZK yang mempunyai kadar
50% K2O. Pupuk diberikan sebelum ditanam bersamaan dengan pupuk P. Dosis yang
dipakai biasanya 50-100% K2O/ha atau 2 kwintal ZK/ha.
Banyaknya
jam yang diperlukan untuk penanaman tiap ha tanah dengan padi bagi
masing-masing daerah adalah berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan karena
berbagai faktor, di antaranya yang terpenting ialah:
a. Perbedaan jenis tanah, misalnya: pengolahan tanah liat
lebih banyak memerlukan waktu dan tenaga daripada tanah berdebu yang masih
muda.
b. Sistem pergiliran tanaman, jenis tanaman yang ditanam
sebelumnya.
c. Keadaan air (pengairan).
d. Kekuatan modal dari pengusaha tanah. Petani yang tidak
mempunyai hewan penarik bajak, atau traktor akan lebih banyak mempergunakan
tenaga manusia.
Untuk
sekedar memberi gambaran tentang banyaknya jam yang diperlukan, di bawah ini
diberikan hasil penyelidikan dari Jawatan Pertanian Rakyat di Malang:
Pada
padi-sawah
(perhitungan
untuk 1 ha)
JENIS PEKERJAAN
|
JAM YANG DIPERLUKAN
|
||
PRIA
|
WANITA
|
SAPI + PENGEMUDI
|
|
1. Membuat persemaian, membajak,
menyikat, dan mencangkul sudut petakan
|
7
|
-
|
11
|
2. Mengairi
|
42
|
-
|
-
|
3. Menabur benih
|
-
|
14
|
-
|
Jumlah
|
49
|
14
|
11
|
Sawah:
|
|||
4. Membajak I
|
-
|
-
|
55
|
5. Membajak II
|
-
|
-
|
55
|
6. Menyikat I
|
-
|
-
|
44
|
7. Menyikat II
|
-
|
-
|
66
|
8. Memperbaiki galengan
|
160
|
-
|
-
|
9. Mencabut bibit, mengangkut dan
membagi-bagi bibit
|
91
|
-
|
-
|
10. Menanam
|
-
|
350
|
-
|
11. Menyulam
|
-
|
70
|
-
|
12. Menyiang
|
-
|
490
|
-
|
13. Mengairi
|
210
|
-
|
-
|
14. Memungut hasil
|
-
|
420
|
-
|
15. Menjemur dan menggedeng
|
-
|
120
|
-
|
16. Memlihara hasil
|
60
|
-
|
-
|
Jumlah:
|
570
|
1.464
|
231
|
1. Penyiangan pertama dengan landak dilakukan pada umur
3-4 minggu (30 hari) setelah tanam, dan penyiangan kedua dilakukan pada umur
6-8 minggu (55 hari).
2. Pengairan diatur seperti menanam padi biasa.
Untuk
memberantas hama-hama biasa dipakai endrin sebanyak 2cc/liter air (satu sendok
teh endrin dicampur dengan 1,5 botol bir air) dan disemprotkan tiap minggu
sekali. Satu-satunya penyakit yang mudah menyerang padi jenis PB-5/PB-8 ialah
"hama kresek". Daun-daun menjadi kering seperti terbakar. Untuk 1 ha
tanaman padi dipakai 800 liter campuran.
Dapat puka
dipakai Agrocide 26 DP, (mengandung bahan Gamma HBC). Untuk memberantas ulat
tentara dan walang sangit dosis Agrocide adalah 50gr/100 liter air.
Untuk hama
sundep dan beluk di samping yang dilakukan di persemaian, maka di sawah juga
dilakukan sebagai berikut:
1. Pada umur 15 hari setelah tanam sebanyak 2,5kg/ha yang
disebarkan pada air irigasi dan air di petakan ditahan 3-4 hari.
2. Pada umur 45 hari (6 minggu) setelah tanam, dengan
dosis 8kg/ha yang disebarkan pada air irigasi dan air di petakan ditahan 3-4
hari lamanya.
3. Pada umur 75 hari (10 minggu) setelah tanam, dengan
dosis 12kg/ha dan disebarkan pada air irigasi, di antara tanaman padi.
Sebaiknya air di petakan ditahan 3-4 hari lamanya.
Padi PB-5
Tinggi
100cm, daun bendera mendatar, tangkai bulir pendek. Umur 135 hari setelah
sebar.
Padi PB-8
Tinggi 85cm,
daun bendera tegaj, tangkai bulir tertutup oleh pelepaj daun sehingga
menyulitkan panen dengan ani-ani. Umur 125 hari setelah sebar.
Gabah PB-5
dan PB-8 mudah rontok. Karena itu, diperlukan alat perontok gabah. Ada yang
dijalankan dengan kaki, dan ada pula yang dijalankan dengan mesin. Selanjutnya
gabah segera dibersihkan dan disimpan di tempat yang kering.
Karena
tanaman pado PB-5 dan PB-8 pada umumnya batangnya lebih rendah daripad tanaman
padi jenis lain, maka waktu panen sebaiknya digunakan sabit. Dipotong pada
pangkal batangnya.
1. Pedoman Bercocok Tanam PB-5/PB-8
(Nama asli
dari PB-5 dan PB-8 ialah IR-5 dan IR-8, singkatan dari International Tice)
2. Pengolahan Tanah
Pengolahan
tanah atau penggarapan tanah dilakukan sama seperti menggarap tanah untuk
menanam padi biasa.
3. Persemaian
a. Ukuran persemaian
Lebar:
1,20m, panjang menyesuaikan tempatnya. Di antara persemaian-persemaian dibuat
selokan; lebar 30cm dan dalam 20cm.
Untuk 1 ha
tanaman diperlukan 500m2 persemaian. Diperlukan gabah 25kg/ha, disebarkan
50gr/m2.
Gabah untuk
bibit sekurang-kurangnya berumur 6 minggu. Rendam terlebih dahulu dalam air
yang mengalir, selama 24 jam. Yang terapung dibuang. Lalu disiram dengan air
dicampur 5% aldrin/endrin. Untuk 1kg gabah diperlukan 5gr aldrin atau 2cc
endrin.
b. Pupuk
Persemaian
perlu dipupuk. Sebelum menyebar pupuk dengan pupuk P. Bila yang dipakai FMP:
20gr/m2.
Bila TS:
7,5gr/m2 atau bila DS: 10gr/m2.
Setelah
berumur 10 hari dipupuk dengan urea: 10gr/m2 yang disebar di atas persemaian.
c. Penyemprotan
Persemaian
perlu disemprot dengan endrin: 2cc/liter air (satu sendok teh endrin, 1,5 botol
bir air). Disemprotkan setiap minggu sekali. Untuk persemaian yang luasnya
500m2 diperlukan 20 liter campuran endrin+air.
d. Pemindahan Bibit
Usahakan
mencabut bibit agar terbawa dengan tanahnya. Tanah yang melekat pada akarnya
jangan dibersihkan. Bibit dipindahkan ke sawah pada umur 20-25 hari dan
ujungnya tidak boleh dipotong.
4. Pertanaman
Ditanam
dengan tandur jajar, dengan jarak tanam: 25x25cm, dengan 2 bibit rumpun. Pada
umur 10 hari bibit yang mati diganti dengan bibit yang disediakan untuk
sulaman. Jarak tanam tersebut bila tanahnya subur bisa diubah menjadi 30x30cm.
5. Pemberian Pupuk
Pupuk yang
biasa dipakai ialah pupuk N (urea), pupuk P (FMP, DS, atau TS) dan pupuk K
(ZK).
a. Pupuk P: Dosis (jumlah) tergantung pada pupuk P yang
dipakai. Bila memakai FMP: 2 kwintal/ha; bila DS 1 kwintal/ha; bila TS: 0,75
kwintal/ha.
Pemupukan
dilakukan sebelum tanam. Disebar dan diaduk dengan lumpur. Bila memakai FMP
diberikan 7-19 hari sebelum tanam, karena pupuk ini sulit hancur. Bila memakai
DS atau TS diberikan 1-2 hari sebelum tanam. Biasanya pupuk P diberikan
bersamaan dengan waktu menggaru terakhir atau waktu meratakan.
b. Pupuk N: Dosis (jumlah) 2 kwintal urea/ha. Diberikan 2
kali:
1) yang pertama diberikan saat tanam, banyaknya 2/3
bagian jumlah pupuk urea seluruhnya. Jadi bila akan menanam jam 7 pagi, pupuk
urea yang 2/3 bagian itu disebarkan jam 6 pagi.
2) yang kedua diberikan pada umur 40 hari setelah tanam,
sebanyak 1/3 bagian dari jumlah pupuk urea seluruhnya.
c. Pupuk K: Dosis (jumlah) 1 kwintal ZK/ha. Diberikan
bersama-sama dengan pupuk DS atau TS yaitu 1-2 hari sebelum tanam.
Dalam
makalah ini saran yang dapat diberikan adalah: Pada waktu memupuk semua saluran
dan pembuangan air harus ditutup. Air dalam petakan sawah pada waktu memupuk di
dalam keadaan "macak". Setelah memupuk 2-3 hari kemudian baru boleh
diairi. Sebaiknya pada saat pemanenan padi digunakan sabit agar mendapatkan
pangkal batang dalam kondisi baik.
Jumar, 2000.
Entomologi Pertanian. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Jumin, H.B.,
2010. Dasar-dasar Agronomi. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.
Siregar,
Hadrian. 1981. Budidaya Tanaman Padi Di Indonesia. Penerbit Sastra
Hudaya. Bogor.
Sumartono,
Bahrin Samad, dan R. Hardjono, 1980. Bercocok Tanam Padi. Penerbit CV.
Yasaguna. Jakarta.
Sutidjo, D.,
1986. Pengantar Sistem Produksi Tanaman Agronomi. Jurusan Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Komentar
Posting Komentar